Journal in A Year, Semester 5 dan 6 Bikin Pusing!


Semenjak masuk kuliah, aku jarang banget bisa mampir untuk balik nulis lagi di blog ini. Banyak faktor yang menghambat juga sih. Tapi, aku usahakan untuk publish tulisanku disini minimal sekali setahun, terutama buat refleksi cara nulisku. Aku baru baca tulisanku di tahun 2018 dan banyak penggunaan kata yang aneh banget terus juga banyak typo, uh sedih L But, that’s okay, I’m improving at writing.

Kali ini aku mau cerita soal gimana sih suka dukanya tahun ketiga kuliah ini. Banyak yang bilang tahun ketiga tuh level stresnya kuliah. Tekanan jadi petinggi UKM, tugas yang lebih padat, KKN, internship, penelitian, mikirin masa depan, dan banyak hal lagi.

Bisa dibilang bener semua sih. Untuk aku mahasiswa Ilmu Komunikasi, tahun ketiga ini banyak banget bikin jurnal dan makalah gitu yang bikin pusing. Sebenarnya bikinnya ga sesusah itu, cari referensi ini yang susah. Ditambah aku kuliah secara daring, jadi persentase dapet tugas itu juga tinggi. Sebenernya menurutku pribadi daring ini menghambat banget sih, kayak aku nih ada project event organizer yang kalau dilakukan secara luring bakal lebih terasa efeknya dan lebih keren. Tapi karena daring terpaksa ya idenya mentok-mentok di webinar gitu.

45

Terus ada matkul yang harusnya bisa belajar media massa secara langsung jadi terhambat gitu, jadinya ya memaksimalkan new media ini deh. Aku merasakan banget ruginya sih, apalagi untuk aku yang susah fokus kalau daring karena banyak distraction dan gampang bosen.

Di tahun ketiga ini juga aku stress-stresnya mikir soal skripsi dan magang. Aku memang mulai skripsi, tapi jadi kepikiran gitu liat temen-temen di universitas lainnya pada bilang udah nentuin judul dan sebagainya, akhirnya jadi burden sendiri buat aku untuk ngikutin arus. Soal magang juga, sebenernya magangku tuh di semester tujuh dan jadi mata kuliah wajib. Tapi tentu kepikirannya udah mulai dari semester enam. Aku juga banyak apply untuk magang tapi belum ada yang nyantol, sedih banget. Agak stres juga sih, padahal aku udah konsultasi ke beberapa orang tentang CV-ku dan udah perbaiki Linkedin. Atau karena aku yang agak pilih-pilih company ya? Aku emang filter beberapa vacancy yang keliatannya sesuai sama minat bakatku.

Tahun ketiga ini lebih pusing secara pikiran sih, emotionally juga. Terutama karena mikirin masa depan dan arus lingkungan yang rasanya kayak ngebut gitu. Membangun rencana masa depan juga agak pusing, kita pinginnya nanti semua sempurna. Punya pekerjaan tetap gaji tinggi, teman yang royal dan loyal, pasangan yang pengertian, dan menye-menye lainnya. Padahal ya gak semudah aku planning gitu. Terus juga jadi agak jauh dari teman-teman karena daring, emotionally draining dah pokoknya.

Siapapun yang baca tulisan ini, semoga dilancarkan terus ya dan semua planning-nya tercapai. ILY <3

Saat Kalian Patah Hati, Melakukan Hal-Hal Ini Bukanlah Suatu Kesalahan


Dear human, aku yakin sebagian besar dari kalian pasti pernah merasakan yang namanya patah hati. Patah hati cenderung berkonotasi negative, tapi ada juga loh manfaat yang bisa kita ambil dari peristiwa tersebut! Dengan patah hati kita belajar untuk menjadi lebih dewasa dan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Kadang kita juga melakukan beberapa hal untuk mengatasi patah hati seperti dibawah ini yang mungkin kita anggap memalukan tetapi sebenarnya umum bagi aku, kamu, dan kita semua untuk melakukannya ketika patah hati. Apa aja sih? Yuk intip!

1. Menangis

Wajar kok kita menangis setelah ada orang yang udah tega menyakiti hati kita, hampir semua cewek melakukan itu bahkan mereka yang kuat akan menangis di akhir meskipun secara sembunyi-sembunyi. Namun cowok menangis juga bukan merupakan aib loh, di akhir ini semua, kita sama-sama manusia yang punya perasaan emosional untuk dilampiaskan. Jadi, kalau kalian habis patah hati lalu menangis bukanlah hal yang memalukan, malahan dengan menangis dapat meredakan emosi kita.  

2. Masih Memikirkan Si Dia Juga Bukan Hal Yang Salah

Kita pasti pingin banget untuk melupakan “Dia”, tapi itu semua tentu membutuhkan proses yang tidak instan. Mungkin 2-3 bulan kalian masih bakal kepikiran sama “Dia”. Tapi masih memikirkannya bukanlah hal yang salah kok, kita hanya harus belajar dari kenangan itu untuk menjadi sesorang yang lebih tangguh.

3. Menceritakan Pada Orang Terdekat

Mungkin sebagian dari kalian menganggap masalah ini sebagai sebuah aib sehingga kalian memendamnya sendiri. Tapi tahukah, dengan menceritakan masalah-masalah kita pada orang lain membuat kita merasa sedikit lega karena meringakan beban yang kita tanggung selama ini sendirian. Kita hanya perlu memilah siapa saja yang bisa kita dipercaya untuk menyimpan rahasia kita.

4. Meminta Penjelasan

Kalian gak salah kok kalau kalian gak terima dengan apa yang dilakukannya. Sebagai dari kita tidak bisa tinggal diam diperlakukan semenanya oleh seseorang yang kita sayang. Meminta penjelasan darinya adalah langkah terbaik, biarkan dia bicara semua hal yang ingin kalian dengar. Jika tidak begini kalian tidak akan mengerti alasan sebenarnya mengapa dia berbuat seperti ini hingga menyakiti hati kalian.

5. Dengan Begitu Kalian Bisa Sedikit Demi Sedikit Melupakan Si Dia

Coba sibukkan diri kalian dengan berbagai kegiatan. Kembali ke rutinitas semula ketika dia belum hadir dalam kehidupan. Menghabiskan waktu dengan teman, melakukan hobi, bereksperimen dengan hal-hal baru bisa membangkitkan mood secerah matahari. Karena hobi adalah kegiatan yang kita suka, pasti melakukannya dengan penuh bahagia dan kesenangan.

Jadi, jangan pernah merasa ragu untuk melakukan hal-hal diatas ketika kalian patah hati karna itu semua sebenarnya nggak memalukan seperti yang kalian pikirkan sebelumnya. Kita semua pantas bahagia #LOVEMYSELF

 

Yellow Series: The Darkness of Youth

 

Hello, Chalista disini~

Gimana kabarnya semua? Semoga semua pada sehat dan bahagia ya. Hari ini aku membawa episode 2 dari ‘Yellow Series” yippie!! Kalo bagi yang belum tau, blog ini punya section sendiri yang dikhusukan buat sajak-sajak yang dibuat oleh penulis langsung, dan section ini dinamakan “Yellow Series”.

Dasarnya, semua sajak disini aku yang mikir dan buat sendiri. Jadi, jika ada kesamaan dengan sajak orang lain itu bukan disengaja ya dan please let me know kalo emang ada yang sama supaya punyaku bisa aku hapus atau edit (dengan kata atau tata bahasa yang baru). Tolong maklumin soalnya aku bukan yang tau semua karya orang, tapi bakal seneng banget kalo bisa diingetin secara baik-baik hehe.

Pada episode kedua kali ini aku lagi-lagi membawakan tema yang agak dark gitu sesuai dengan judul ya. Jadi “The Darkness of Youth” ini terlahir karena akhir-akhir ini anxiety yang aku dulu punya balik lagi L. Sampe aku curhat ke temen-temenku dan salah satu temenku ngasih aku puisi yang cantik banget dan tiba-tiba muncullah tuh some short poets inside my brain.

Here they are. Enjoy ya…


A question.
In this darkest world
What makes you happy?

 

Twenties
In twenties
Everything seems magnificent
…until, “what am I gonna be?”

 

Right?
I am doing okay
You are doing okay
We are doing okay
Isn’t it should be enough?
 
 
L
Let me tell you a single secret
Where an object becomes the cruelest thing
In this universe, what should make you scared is…
Your mind


Paths
The amount of more than 1000 paths
And all of them aren’t mine
Stiffly standing crying
In my comfort zone