[LOVESTORIES] Part III : DAN KAU MEMANG BUKAN UNTUKKU
Puluhan kali
teman-temanku mengingatkanku tentang ini, tentang hal yang sama bahwa kita tak
akan bersatu. Dulu, aku mencoba untuk tidak terlalu dekat denganmu, karna aku
takut kau hanya akan menjadikanku selinganmu saat kau butuh seseorang untuk
menemanimu selagi kau menanti orang yang kau cintai datang padamu.
Lalu aku yang kau kira polos ini kau permainkan sedemikian rupa, hingga aku luluh dan lupa akan prinsip pertamaku untuk tak jatuh padamu terlalu dalam. Namun, aku juga wanita, kita berbalas pesan setiap hari, bahkan aku menceritakan hal-hal yang seharusnya tak kuceritakan pada orang-orang yang belum punya status tetap dalam hidupku. Pasti aku mempunyai harapan khusus padamu soal hubungan kita yang lebih serius.
Dan datanglah saat
dimana sang pemeran utama menggeser perlahan posisiku. Posisi yang tadinya
untukku. Sang pemeran utama yang ternyata teman karibku. Aku tak
menyalahkannya, karna aku tau ini bukan salahnya, tapi salahmu. Kau mempermainkanku
dan hatiku. Tapi kenapa hanya aku yang sakit disini, kau bahkan dengan santai
melanjutkan hubunganmu dengannya dan membuangku seolah aku hanya sampah yang
bisa kau lempar kembali keasalnya.
Kenapa seolah
aku yang bersalah disini? Aku yang meminta maaf pada temanku padahal aku juga
tak bersalah padanya. Aku yang meminta penjelasan darimu tapi malah aku yang
memberi penjelasan disini. Apakah aku sebedoh itu? Tidak! Jika aku mengatakan
bahwa aku baik-baik saja mendengar hubungan kalian, itu berarti aku membohongi
diriku sendiri. Ya! Aku kecewa, sangat kecewa. Tapi, aku bisa apa jika kalian
memang saling mencintai? Yang bisa aku lakukan hanya merelakanmu dengannya.
Mencoba melalui hari-hari dengan biasa seolah tidak terjadi apa-apa.
Tapi tahukah kau
ketika aku menangis dibelakangmu? Aku yang selalu berusaha tegar tak bisa
menahan semua ini lalu menangis secara sembunyi-sembunyi. Tahukah kau seberapa
besar cintaku padamu? Tahukah kau apa yang sudah kukorbankan untukmu? Sudahlah,
kau tak butuh itu. Yang kuharapkan kau bersungguh-sungguh dengannya, kau tak
mempermainkannya seperti saat kau mempermainkanku. Terima kasih telah memberiku
luka seperti ini, aku menerimanya. Kau adalah lelaki pertama yang berhasil
membuatku menangis.
Part IV here
0 komentar: